Kembali ke Beranda Keragaman Nasional

Keragaman Budaya Nasional & Bhinneka Tunggal Ika

Memahami kekayaan suku, bahasa, adat istiadat, dan pentingnya sikap toleransi sebagai pemersatu bangsa.

1. Makna Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Pengertian dan Fungsi

Keragaman Budaya Nasional adalah keanekaragaman suku, bahasa, adat istiadat, agama, kesenian, dan tradisi yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Semboyan ini tertulis pada Lambang Garuda Pancasila dan berasal dari Kitab Sutasoma karya Empu Tantular.

Fungsi Semboyan:

  • Menciptakan dan menjaga kesatuan Republik Indonesia.
  • Membangun kehidupan nasional yang toleran.
  • Membentengi perdamaian Indonesia.
Ilustrasi Lambang Garuda Pancasila
Gambar 1.1: Semboyan Bhinneka Tunggal Ika melambangkan persatuan dalam perbedaan.

Nilai dalam Tradisi Daerah

Tradisi daerah mengajarkan nilai-nilai luhur seperti:

  • Nilai Keberagaman: Menghargai keragaman tradisi (sesuai Sila ke-3 Pancasila).
  • Nilai Kebersamaan: Acara tradisi umumnya dilakukan bersama-sama (keluarga/masyarakat), mempererat hubungan.
  • Nilai Kepemimpinan: Ritual adat dipimpin oleh tokoh, meningkatkan sikap disiplin dan rasa hormat.

2. Suku, Bahasa, dan Warisan Dunia

Suku Bangsa dan Bahasa

  • Suku Bangsa: Berjumlah sekitar 500 macam. Terbentuk karena perbedaan kondisi lingkungan (geografis) dan warisan dari nenek moyang (Austro-Melanesoid, Mongoloid).
  • Bahasa Daerah: Indonesia memiliki ratusan bahasa. Bahasa nasional adalah Bahasa Indonesia (berasal dari Bahasa Melayu) yang disepakati 28 Oktober 1928.
  • Ancaman Punah: Bahasa yang tidak memiliki generasi muda sebagai penutur terancam punah. Bahasa daerah penting karena menyimpan tata nilai budaya.

Warisan Budaya UNESCO

UNESCO membagi warisan budaya menjadi dua jenis:

  • Budaya Benda: Peninggalan yang bisa dilihat dan disentuh (contoh: Candi, Patung).
  • Budaya Tak Benda: Praktik, ekspresi, atau pengetahuan yang diwariskan (contoh: Tarian, Wayang, Jamu).

Contoh Warisan Tak Benda Kritis: Keris dan Batik. Yang dianggap warisan adalah seni atau pengetahuan dalam membuatnya yang diturunkan turun-temurun. Jamu juga diakui UNESCO pada 2023.

3. Bentuk-bentuk Keragaman Budaya di Indonesia

Rumah Adat

Bangunan khas tiap suku bangsa, disesuaikan dengan kondisi alam dan fungsinya (upacara, musyawarah, tempat tinggal).

Pakaian Adat

Pakaian tradisional yang dipakai pada acara adat. Bentuknya menyesuaikan kondisi alam (tebal di daerah dingin, tipis di daerah panas).

Seni Pertunjukan & Tari

Seni tari (mengungkapkan perasaan, memberi semangat, penyambutan) dan pertunjukan (drama, rupa). Ada tari kreasi (perkembangan gerak tradisional) tunggal, berpasangan, dan kelompok.

Upacara Adat

Kegiatan yang erat kaitannya dengan kepercayaan/agama. Contoh: Upacara Wiwit (panen padi Jawa), Ngaben (pembakaran mayat Hindu Bali), Kasodo (Tengger, Bromo), Ngutang Mayit (Trunyan).

4. Akulturasi Budaya dan Dampak Globalisasi

Akulturasi Budaya

Akulturasi: Proses perpaduan antara dua kebudayaan yang saling bertemu dan memengaruhi tanpa menghilangkan unsur asli.

Terjadi karena interaksi pedagang asing (Cina, Arab, Eropa) melalui jalur maritim.

Contoh Akulturasi: Arsitektur Masjid Menara Kudus (percampuran corak Islam dan Hindu-Majapahit).

Dampak Negatif Globalisasi

Kemudahan pertukaran budaya dapat mengancam keberadaan budaya lokal. Dampak negatif meliputi:

  • Menganggap budaya sendiri "kuno" dan gengsi jika tidak mengikuti tren Barat.
  • Perilaku ikut-ikutan (latah) dalam gaya berbusana dan pergaulan yang menyimpang dari adat/agama.

5. Sikap Menghormati dan Melestarikan Budaya

Menghargai Keragaman

Sikap yang benar: Tidak ada suku yang lebih tinggi atau rendah. Harus mampu menempatkan mana yang dibiarkan berbeda (suku, bahasa, agama) dan mana yang perlu disamakan (kedudukan dalam berbangsa dan bernegara).

Manfaat Kesatuan: Menciptakan kedamaian, mempercepat pekerjaan yang berat, dan membuat bangsa semakin besar.

Cara Melestarikan Budaya

Melestarikan kebudayaan nasional harus didasari kesadaran tinggi tanpa paksaan. Caranya:

  • Mempelajari tari atau lagu daerah di sekolah.
  • Mengadakan pertukaran kesenian daerah dan festival budaya.
  • Pemugaran situs bersejarah (contoh: Candi Borobudur).
  • Membentuk sanggar tari dan organisasi kesenian.